Zeffa Yurihanna, Sastrawan Cilik Tulungagung

Laporan: Destyan Sujarwoko, Ratu

Dikagumi si Oneng, Diundang sebagai Tamu Kick Andi
Bakat menulis puisi Zeffa Yurihanna, 12, terlihat sejak kelas 3 SD. Bersama ayah dan ibunya, siswi MI Al Azhaar, Kecamatan Bandung, Tulungagung, ini barusan menerbitkan buku antologi sajak cinta dengan judul Angin Pun Berbisik.



Banyak orang lalu lalang
Bertukar uang bertukar barang
Tidak pernah tidur
Selalu ramai sekali
Pasar
Banyak orang bertukar barang
Sedikit orang bertukar senyum
Seorang anak ingin membeli senyum
Tapi tidak ada yang menjual senyum,
Sedihnya

Rangkaian puisi bertema sosial itu merupakan salah satu karya Zeffa Yurihanna, 12. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Irwan Dwi Kustanto, 41 dan Siti Atmamiah, 42, yang kini tinggal di Desa/Kecamatan Bandung, Tulungagung. Tidak sulit menemukan rumah keluarga sastrawan ini. Begitu masuk kompleks MI Al Azhaar, Radar Tulungagunglangsung menuju rumah di belakang masjid.

Suasananya tampak asri dengan saung (semacam rumah gubuk menyerupai pos kampling, red) di depannya. Saat itu Zeffa tengah asyik bermain. Gayanya terkesan cuek. Apalagi jika ketemu dengan orang yang belum dikenalnya. Mungkin karena dia malu, atau memang karakter unik seorang anak yang memiliki bakat seniman telah mengendap dalam dirinya.

Sekilas, orang tidak akan pernah menyangka jika Zeffa memiliki bakat di bidang sastra. Terutama dalam hal menulis puisi. Prestasi spektakuler dibidang ini juga belum pernah diraih Zeffa.

Tapi, di balik penampilannya yang biasa itu, sejumlah sastrawan dan selebriti nasional pernah menyampaikan rasa kagumnya atas rangkaian kata-kata puisi buatan Zeffa. Sebut saja Dyah Rieke eOnengf Pitaloka, sastrawan Joko Pinurbo hingga kolumnis Fajrul Rahman dan masih banyak lagi. Mereka bahkan saling berebut ingin membacakan karya sastra Zeffa saat peluncuran antologi karya sastra mereka di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) pada 23 Januari lalu.

Bahkan Andi F Noya, pengasuh acara Kick Andi sempat mengundang Zeffa dan keluarganya secara khusus untuk tampil dalam talkshow yang dia pandu pada pertengahan Februari lalu. ‘’Ini merupakan karya sastra pertama yang dibuat tiga orang dalam satu keluarga sekaligus di Indonesia,’’ h tutur Irwan menjelaskan.

Antologi karya sastra itu telah mereka siapkan sejak setahun lalu. Selain memuat kumpulan sajak-sajak puisi buatan Irwan, karya puisi yang bikinan istrinya Siti Atmamiah dan anak pertamanya Zeffa Yurihanna juga ikut dilibatkan.

Dalam buku ini Zeffa menyumbang sekitar 30 karya puisi yang ditulisnya sejak tahun 2004 hingga sekarang. Tidak disangka, buah tangannya justru paling banyak mendapat pujian dari teman-teman sastrawan di Indonesia,h kenang wakil direktur yayasan Mitra Netra, Jakarta ini bangga. Hasil penjualan antologi buku tersebut, rencananya akan disumbangkan untuk membuat buku braile untuk masyarakat tuna netra di Indonesia melalui yayasan Mitra Netra yang dikelola Irwan. gSaat rencana gerakan seribu buku untuk tuna netra ini dilontarkan ayahnya, Zeffa mengaku sangat ingin berpartisipasi. Dia ingin menyumbang melalui keahlian yang dimilikinya,h tutur Siti Atmamiah menimpali.

Bakat Zeffa sendiri sbenarnya muncul sejak masih kecil. Dia banyak belajar dari budaya menulis dan membaca puisi yang dilakukan ayah dan ibunya saat berkumpul di rumah mereka di desa/Kecamatan bandung. Irwan menuturkan, Zeffa biasanya hanya mendengar sambil sekali-sekali ikut membacakan puisi untuk ayahnya saat menulis di internet. Maklum, sang ayah tidak biasa membaca langsung karena keterbatasan penglihatan.

Tidak disangka, kebiasaan itu diserapnya dengan baik. Kami justru baru tahu bakat Zeffa saat duduk dibangku kelas 3. dia sering menulis puisi yang kemudian dipamerkan pada ayahnya saat pulang ke Tulungagung,h lanjut Atmamiah.

Berbeda dengan ayahnya yang lebih suka menulis puisi tentang kritik sosial-politik, atau ibunya yang lebih suka menulis puisi bertema cinta, Zeffa memiliki karakter tulisan berbeda. Sejumlah sastrawan yang pernah mengupas puisi keluarga sastrawan ini, puisi Zeffa lebih berkarakter sosial-lingkungan anak. Lihat saja beberapa tulisan puisinya seperti alam; anak gembala, angin; bintang-bintang; ibu ataupun seorang anak. Semua dibikin sangat apik dengan karakter tulisan yang dalam dan memiliki makna filosofis kuat meski dibungkus dengan kalimat yang sederhana.

Dari Ratu

0 tanggapan: