Ditampung di Surabaya, Dikirim ke Makassar
SURABAYA - Sindikat perdagangan wanita antarpulau dibongkar Polda Jatim. Komplotan tersebut mempekerjakan 74 orang sebagai pekerja seks komersial (PSK) di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Di antara 74 orang itu, 71 orang berasal dari Jawa Timur.
Di ibu kota Sulsel itu, para wanita yang rata-rata berusia 17-19 tahun tersebut dipekerjakan dengan kedok sebagai pemijat di hotel Jalan Sumba. "Kedoknya pemijat. Tapi, yang sebenarnya adalah pelacuran," kata Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Jatim Kompol Yayuk Krismintarti.
Dalam kasus tersebut, polisi menangkap dan menahan empat orang. Mereka adalah Imanuddin, 53, warga Makassar; Hadaning, 39, warga Makassar; Rudy, 22, warga Ponorogo; dan Asmanto, 41, warga Jl Kedung Anyar, Surabaya.
Keempatnya memiliki peran berbeda. Imanuddin merupakan pengelola massage plus-plus. Hadaning adalah pemilik hotel, Rudy berperan merekrut wanita, dan Asmanto bertugas menampung para korban sebelum diberangkatkan ke Makassar.
Rudy biasa mencari para korban di terminal atau stasiun. Sasarannya gadis anak baru gede (ABG). "Tersangka menawarkan pekerjaan di kafe dengan gaji besar. Banyak tamu, gaji juga tambah banyak. Jika tertarik, korban kemudian dikirim ke rumah tersangka AS (Asmanto, Red)," jelasnya.
Untuk mengelabui bisnis ilegalnya, Asmanto mendirikan perusahaan jasa pengerah tenaga kerja, khususnya pembantu rumah tangga (PRT). Asmanto mendirikan CV Paku Mas Mandiri.
Namun, sebenarnya di tempat itu, para wanita di-screening. Jika berwajah cantik dan berbodi bagus, mereka akan dijual sebagai PSK ke Makassar. "Kalau wajahnya jelek, ya dijadikan pembantu," ujar Yayuk.
Sebelum dikirim ke Makassar, para ABG yang akan dijadikan PSK itu lebih dahulu "dicicipi" Asmanto. Mereka juga ditekan supaya mau menjadi pemuas laki-laki oleh pria berkulit legam tersebut.
"Selama di penampungan, HP korban disita. Korban diisolasi hingga stres. Sehingga korban akhirnya mau dikirim ke Makassar dan dipekerjakan sebagai PSK. Tersangka AS juga menyetubuhi korban. Karena itu, selain dijerat pasal trafficking, dia dijerat pasal tentang pemerkosaan," tegasnya.
Setiba di Makassar, para ABG malang itu diminta meneken surat perjanjian. Isinya, mereka tidak keberatan dipekerjakan sebagai PSK. Surat-surat perjanjian tersebut disita penyidik PPA sebagai barang bukti.
Pengelola hotel juga membebani para korban dengan utang Rp 1,7 juta tiap orang. Tujuannya, ABG korban trafficking itu tidak kabur karena harus melunasi utang. "Di hotel, korban dijual dengan tarif Rp 125 ribu sekali kencan. Tapi, korban hanya menerima jatah Rp 10 ribu dari pengelola hotel," jelas Yayuk.
Terbongkarnya kasus itu berawal dari sebuah keluarga yang melaporkan kehilangan anaknya ke Mapolda Jatim. Tak lama setelah melapor, anak yang diduga hilang tersebut memberi tahu bahwa dirinya berada di Makassar. Di sana, dia mengaku dipekerjakan sebagai PSK.
Atas informasi itulah, Tim PPA Polda Jatim dengan dibantu Polda Sulsel menggerebek Hotel Virgo. Di situ, tim gabungan menemukan 74 ABG, 71 orang di antaranya berasal dari Jatim. "Satu korban lainnya dari Kalimantan dan dua orang dari Jateng," tambah Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Pudji Astuti.
Selain menyelamatkan para gadis, polisi menyita sejumlah barang bukti praktik prostitusi. Yaitu, puluhan alat injeksi antihamil, pil KB, kondom, alat tes kehamilan, telepon, alat perekam, serta tumpukan kuitansi pembayaran.
Pudji mengatakan, sindikat itu diperkirakan beroperasi sejak lima tahun lalu atau sejak 2003. Dalam sehari, omzetnya mencapai Rp 30 juta. "Pelanggannya cukup banyak. Sehari bisa menerima 200 hingga 300 tamu," katanya.
Rencananya, polisi akan memulangkan 71 korban trafficking itu dari Makassar ke Jatim. "Kami akan memulangkan mereka melalui jalur laut. Mungkin dalam minggu-minggu ini," ucap mantan wakil ketua DPRD Kota Surabaya itu.
Sementara itu, tersangka Asmanto tak mengakui bahwa dirinya memerkosa para ABG sebelum dikirim ke Makassar. Dia mengaku hubungan itu dilakukan atas suka sama suka. "Saya tidak memerkosa," ujarnya singkat.
Bisnis ilegal itu ditekuni setelah dia dikenalkan dengan Imanuddin tahun lalu. "Saya dikenalkan oleh seorang teman. Awalnya, kami bisnis jasa tenaga kerja, khususnya PRT. Sejak itu, saya terus berhubungan dengan dia," akunya.
Dia mendapatkan upah setelah wanita yang ditampungnya bekerja di Makassar. Namun, keuntungan itu tidak terlalu banyak. Dia mengaku hanya mendapatkan persenan Rp 300 ribu-Rp 500 ribu. (fid/nw)
Jawa Pos Rabu, 26 Mar 2008
One Billion Raising
-
Minggu, 17 Februari 2019
Setiap 14 Februari banyak muda-mudi merayakan Valentine di penjuru dunia.
Di hari yang sama pula segenap elemen masyarakat turun k...
0 tanggapan:
Posting Komentar