[karya Mega Vristian]
kutelusuri pengembaraan
yang tak pernah masuk hitungan jari murid
sekolah dasar atau taman kanak-kanak
karena mana pernah orang tua
mana pernah ibu-bapak
mimpi putrinya jadi pekerja rantau
dan peniti busur bumi
disiksa duka
kutelusuri jalan ini
karena aku mencintai hidup
tanpa menggugat kau, negeriku
karena kupilih hidup
akulah yang patut menjawab tantangannya
sedangkan tanah air sering seperti manusia
begitu gampang lupa janji
kata cinta sering meluncur
seperti kapuk ringan mengapung di angkasa
atau seperti busa air sungai seperti riak air haluan kapal
tapi tidakkah kau, tanah air
tidakkah kau, kampung halaman
adalah ibu yang mencintai anaknya
aku anakmu, perempuan memang
terpaksa mengembara
daripada hilang diri
daripada kehilangan keperempuanan
dan jadi korban kesewenangan lelaki
aku perempuan Indonesia
perempuan hari ini
perempuan warga bumi
yang sanggup menampik
dukaku lukaku
adalah duka dan lukaku sendiri
tak kubagi kepadamu
duka dan luka
yang tak lagi bisa dihitung
aku bukan perempuan masa lalu
yang diam pasif menunggu
aku perempuan pelaga
penarung penakluk hari nan kelam
yang sanggup menerima tantangan
juga menampik hinaan lelaki
maka kepada siapa saja
kukatakan gagah
dengan kepala tegak
mata menyala:
aku memang perempuan pekerja rantau
tapi kemanusiaan tak pernah kuhina
perempuan negeri yang melukis wajah bumi
(Di Hong Kong,puisi ini tercipta)
One Billion Raising
-
Minggu, 17 Februari 2019
Setiap 14 Februari banyak muda-mudi merayakan Valentine di penjuru dunia.
Di hari yang sama pula segenap elemen masyarakat turun k...
0 tanggapan:
Posting Komentar