Perspektif Babu

Oleh Stevie Sundah

Setiap kata di dunia ini memiliki sisi hitam putih. Seperti dua sisi mata uang. Sisi yang satu tidak dapat dipisahkan dari sisi yang lain. Jika salah satu sisi dilepaskan begitu saja dengan sudut pandangan yang sempit dan tidak ditanggapi secara positif maka akan melunturkan sisi yang lain. Namun kedua sisinya tetap berharga, karena hidup di dunia ini butuh keseimbangan.



Ibarat dua sisi mata uang, demikian pula penggunaan kata. Kata yang baik dan benar di Indonesia sudah diatur dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia. Penggunaa kata-kata yang tercantum dalam EYD pun tidak selalu statis. Setiap waktu kata-kata itu dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kepentingan si pemakai kata. Apalagi di dunia yang penuh dengan gaya hidup dan terpengaruh oleh informasi yang menyeluruh, kata demi kata dapat berubah makna dan arti dalam waktu yang tidak dapat diperkirakan.

Penggunaan kata "babu" saat ini mengalami pergeseran makna karena digunakan secara tidak layak oleh kaum penguasa dan majikan-majikan yang suka melakukan pelecehan hak asasi manusia terhadap manusia lain yang dipekerjakannya di dalam rumah. Wilayah rumah tangga ini adalah wilayah yang sangat pribadi dimana orang lain yang tidak ada hubungan dengan keluarga inti (ayah,ibu dan anak) tidak dapat mencampuri urusan yang ada dalam keluarga tersebut. Posisi orang yang dipekerjakan tersebut sangat rawan dan riskan untuk menerima perlakuan-perlakuan kasar baik itu secara psikis maupun fisik.

Babu. Kata ini menjadi begitu hina dan menjijikkan tatkala para majikan (yang bisa jadi kita semua) tersebut mengucapkannya secara tidak berperikemanusiaan terhadap orang lain yang bekerja di dalam rumah tangga kita. Sejak itulah kata babu ini menjadi sebuah siksaan mental bagi siapa saja yang bekerja dalam sektor rumah tangga. Walaupun mungkin selama bekerja di tempat majikannya dia mendapatkan perlakuan yang baik namun karena pemakaian kata "babu" yang sudah mengalami pergeseran makna akibat rasa traumatik yang menyebar bagi siapa saja yang bekerja dalam sektor rumah tangga, maka sebutan babu menjadi stigma yang menakutkan bagi pekerja rumah tangga tersebut. Sangat disayangkan, masyarakat turut mendukung untuk melegalkan hal ini. Secara tidak langsung masyarakat Indonesia ( bisa jadi termasuk kita ) mendukung perlakuan tidak manusiawi terhadap seseorang yang bekerja di sektor rumah tangga.

Kata babu sebenarnya adalah kata yang netral. Kata babu belum mendapat polesan negatif maupun polesan positif. Ya...., babu sangat netral tidak berpihak pada SARA(Suku,Agama,Ras dan Antar Golongan). Secara etimologi kata babu dipakai pertama kali oleh orang dari tanah Hindustan. Menurut wikipedia.com awal mulanya kata babu adalah 'babooji' yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti "pengabdi". Orang Indonesia juga terpengaruh oleh budaya tanah Hindustan. Entah darimana asalnya, Indonesia sendiri berarti Hindustan. Pembahasan tentang Hindustan dapat kita bahas dalam topik yang lain. Hindustan dan Indonesia tidak dapat dipisahkan. Jadi jika kita mau mengetahui lebih dalam silsilah "babu", mungkin dengan mempelajari budaya ke dua bangsa ini kita dapat lebih jelas.

"Hai, babu..mau kemana kamu ? Baca dulu dong kelanjutan tulisan saya ini ?" kataku kepadamu. Bagaimana kedengarannya? Mungkin kalo dipakai untuk memanggil kepada seseorang yang bernama BABU, kata ini tidak menjadi kasar. Beda halnya jika kata "babu" ini digunakan dengan penuh emosi kepada lawan bicara. Apalagi kata tersebut terucap dari seorang majikan kepada seseorang yang bekerja sepenuh hati dengan potongan gaji "underpay" , saya percaya pasti stigma ini akan melekat di dada yang membara walaupun bara itu perlahan menjadi beku dalam hati yang telah ternoda.
Kata "babu" dalam sejarah kerajaan di Indonesia akhirnya secara lebih mendalam dan lebih halus diganti dengan istilah lokal. Dalam bahasa kratonnya kata "babu" mengalami penghalusan menjadi "Abdi Dalem". Dalam bahasa dunia industri kata babu diperhalus menjadi buruh, pekerja, pegawai, orang upahan, karyawan dan seribu satu istilah menggiurkan lainnya. Menggiurkan sih..menggiurkan tapi kalo tidak mendapat THR (tunjangan hari raya), ya tetap saja karyawan yang berada dalam posisi eselon satu pun ikutan demonstrasi (ia gak sih...? )

Nah....itu tentang babu....Ada komentar ?

Kalo bahas tentang genre sastra babu. Jujur saja saya pernah membuat esai dengan judul "Terminal Tiga: Genre Sastra Babu?" Apakah dengan membaca judul itu saya juga ikut mengklaim genre sastra babu ? Tentu tidak....Justeru dalam judul itu saya memakai tanda tanya (?) karena saya heran ada saja orang-orang akademik yang masih menyibukan diri dengan pembahasan genre sastra buruh migran, genre sastra wangi, genre sastra jongos serta genre-genre lainnya.

Sekali lagi pakai wikipedia.com ini. Wikipedia aja tahu bahwa "a genre is a division of a particular form of art or utterance according to criteria particular to that form. In all art forms, genres are vague categories with no fixed boundaries. Genres are formed by sets of conventions, and many works cross into multiple genres by way of borrowing and recombining these conventions. The scope of the word "genre" is usually confined to art and culture. In genre studies the concept of genre is not compared to originality. Rather, all works are recognized as either reflecting on or participating in the conventions of genre." So..., sumonggo diterjemahkan sendiri. Jadi secara bahasa Indonesianya tidak ada itu yang namanya genre sastra babu. Yang ada adalah karya sastra Indonesia angkatan pujangga baru, karya sastra Indonesia angkatan '45 yang lahir pada zaman kemerdekaan, karya sastra Indonesia angkatan '66 yang lahir pada rezim orde baru, dan seterusnya.

Lalu bagaimana dengan karya sastra yang lahir dari teman-teman babu yang saat ini bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia di Hongkong ? Selamat....tahun 2005 adalah tahun bagi terbitnya angkatan '05. Tahun bagi perjuangan para babu untuk mengembalikan harkatnya secara netral tanpa tendensius pribadi maupun politik kekuasaan. Selamat sekali lagi buat para pejuang devisa. Selamat....teruskan perjuangan..... biji-biji kecil yang telah kalian sebarkan di taman sastra Indonesia kini mulai bertunas. Tumbuh dan kembangkan geliat ini menjadi pohon mekar yang indah. [s_sundah]


Dikopas dari sini

0 tanggapan: