Haul ke-3 Munir Juga untuk Marsinah

07/09/07 16:26

Surabaya (ANTARA News) - 7 September 2004, aktivis HAM Munir SH ditemukan tewas di atas pesawat Garuda bernomor penerbangan GA 974, jurusan Jakarta-Amsterdam. Telah tiga kali haul (peringatan kematian) Munir dilakukan, namun hingga kini belum ada titik terang siapa pembunuhnya.



Nasib Munir tidak jauh berbeda dengan Marsinah. Pejuang buruh yang terbunuh pada 8 Mei 1993 pun, hingga kini belum terungkap pelakunya.

Munir adalah pembela Marsinah, sehingga belum tersingkapnya kasus Munir, memperpanjang ketidakjelasan siapa pembunuh Marsinah.

Marsinah, wanita yang terlahir 10 April 1969 adalah aktivis buruh pabrik PT Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jatim. Sebelum ditemukan terbunuh, Marsinah diculik pada tiga hari sebelumnya.

Mayat Marsinah ditemukan di hutan di Dusun Jegong, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk, Jatim dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.

Munir mati dengan cara sedikit berbeda. Ia tidak disiksa terlebih dahulu, tapi "hanya" diracun. Menurut hasil otopsi ahli forensik Belanda pada 13 Oktober 2004, di dalam lambung Munir terdapat racun arsenik dalam jumlah besar.

Latar Belakang

Untuk menguak pelaku pembunuhan Marsinah, almarhum Munir SH membentuk KASUM (Komite Aksi Solidaritas Untuk Marsinah) dan kini rekan-rekan Munir pun membentuk KASUM (Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir) untuk tujuan yang sama.

KASUM yang dipimpin Munir mengungkap, Marsinah terbunuh karena sengketa upah, antara buruh dan perusahaan.

Sengketa upah itu dilatarbelakangi oleh surat edaran Gubernur KDH TK I Jawa Timur Nomor 50 Tahun 1992, tentang imbauan kepada pengusaha agar meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan memberikan kenaikan upah sebesar 20 persen dari gaji pokok.

Namun, para pengusaha Jawa Timur termasuk PT CPS, keberatan atas surat edaran itu, karena hal itu akan membebani pengeluaran perusahaan.

Sikap pengusaha yang tak kooperatif dan tidak memedulikan surat edaran gubernur, memaksa Marsinah dan aktivis buruh PT CPS melakukan unjuk rasa. Mereka menuntut perusahaan menaikkan upah dari Rp1.700 menjadi Rp2.250 perhari.

Namun, aksi itu memakan korban, Marsinah diculik dan dibunuh.

Munir terbunuh karena perjuangannya menegakkan Hak Azasi Manusia. Berdasar penelusuran aktivis KASUM, Choirul Anam, ada empat alasan yang diduga menjadi penyebab dan latar belakang kematian Munir SH.

"Alasan pertama yang kami temukan yakni, Munir cukup kritis terhadap RUU BIN sebagai upaya mereformasi BIN yang selama ini melibatkan birokrat hingga ke tingkat RT/RW untuk aktivitasnya," katanya dalam refleksi di kampus Unair Surabaya (6/9).

Alasan kedua, Munir juga kritis terhadap rencana pembentukan BIN di daerah-daerah, dan alasan ketiga Munir memprotes keterlibatan Hendropriyono yang masih aktif sebagai tim pemenangan Megawati Soekarnoputri.

"Satu lagi alasannya adalah kasus Talangsari yang melibatkan pasukan `Garuda Hitam` bentukan Hendropriyono (mantan Kepala BIN), karena itu kami menyimpulkan ada keterkaitan kematian Munir dengan BIN," katanya.

"Jendela" BIN

Dalam "Refleksi Kematian Munir (2004-2007)" di aula Fakultas Sastra Unair Surabaya (6/9) itu, KASUM mengungkap saat ini ada "jendela" yang mengarah kepada dugaan kuat atas keterlibatan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam kasus Munir.

"Sudah ada jendela ke arah positif dalam pengungkapan kasus Munir. Arahnya, bukti-bukti dalam sidang PK (Peninjauan Kembali) sudah menunjuk dugaan keterlibatan BIN itu," katanya.

"Jendela" dalam kasus Munir antara lain bukti rekaman 41 kali percakapan telepon Pollycarpus dengan orang BIN, kemudian bukti pengakuan mantan Dirut Garuda Indra Setiawan bahwa perpindahan Pollycarpus dari pilot menjadi administrasi keamanan Garuda atas permintaan BIN dengan surat resmi.

Namun, kata aktivis Human Right Working Group (HRWG) itu, surat yang diakui Indra Setiawan dalam persidangan itu sudah dihapuskan dari "file" BIN dan bahkan surat yang dipegang Indra Setiawan pun sudah dirampok di perjalanan.

"Ada juga dua saksi yang mengarah ke BIN yakni Sentot Waluyo dan Raden Muhammad Patma Anwar alias Ucok yang merupakan agen BIN golongan III. Sentot adalah pembuat empat skenario pembunuhan Munir yang akhirnya diganti dengan racun arsenik di bandara Changi, Singapura. Sedang Ucok adalah aktivis mahasiswa yang memata-matai kegiatan Munir," katanya.

Hal itu menunjukkan bahwa Sentot dan Ucok merupakan implementator lapangan untuk pembunuhan Munir dengan kendali Deputi I BIN (Manunggal Maladi) yang berkoordinasi dengan Deputi VI BIN (Muchdi PR) dan Waka BIN (As`ad), termasuk mantan Kepala BIN Hendropriyono yang juga diduga terlibat.

Namun kini, kelanjutan pengungkapan kematian Munir bergantung kepada izin Kepala BIN Syamsir Siregar untuk pemeriksaan empat jenderal BIN yang "menyalahgunakan" BIN.

Setali tiga uang dengan pengungkapan kasus Marsinah, yang bergantung pengakuan atas temuan Labfor tentang dua noda darah di Makodim Sidoarjo yang identik dengan darah Marsinah.(*)

COPYRIGHT © 2007

0 tanggapan: