Thukul Kembalilah

Jakarta, Kompas - Istri Wiji Thukul, Dyah Sudjirah (35) yang akrab dipanggil Sipon, mengharapkan suaminya yang hilang sejak enam tahun lalu kembali di tengah keluarga. "Kami sekeluarga berharap Thukul pulang dan berkumpul bersama kedua anak kami-Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah. Kami masih membutuhkan kehadiran Thukul," tuturnya.


Harapan itu dia sampaikan kepada pers di sela acara penerimaan penghargaan Yap Thiam Hien Award di Museum Nasional, Jakarta, Selasa (17/12) malam. Thukul terpilih menjadi orang ke-10 yang mendapat penghargaan bagi mereka yang dinilai telah menunjukkan usaha, keberanian dan dan prestasinya bagi penegakan hak asasi manusia (HAM).

Sipon tak mampu membendung air matanya ketika pembawa acara memberi jeda 30 detik. "Kami panggil Thukul ke panggung untuk menerima penghargaan ini," ucap pembawa acara disusul suasana senyap selama 30 detik. Berdiri di panggung kedua orangtua Thukul, ibu mertua, kedua anak Thukul, dan Sipon.

"Saya berharap, penghargaan Yap Thiam Hien punya arti bagi kemajuan HAM di Indonesia. Saya tidak ingin lagi nasib Thukul terjadi pada mereka yang memperjuangkan kemajuan HAM," lanjut Sipon di depan ratusan yang hadir dalam acara tersebut.

Sipon, penjahit yang sehari-hari tinggal di Kampung Jagalan, Jebres, Solo itu, tak mampu menahan haru. Dia nyaris pingsan dan roboh ke pangkuan adik Thukul, Wahyu Susilo.

Dua anak Thukul di barisan depan tepekur menyaksikan Sipon dipapah ke tempat duduk. Sipon masih duduk terkulai ketika Wahyu membacakan sambutan keluarga.

"Sungguh enak hidup di televisi/Tak ada bau, tak ada kecemasan, tak ada keributan/Waktu dihabiskan hanya untuk menyanyi/Sungguh enak hidup di televisi/Tak ada kebusukan, tak ada pemogokan, tak ada kemiskinan/Ada dokter dermawan, ada sawah hijau, buruh-buruh gajinya cukup," tutur Wahyu mengutip penggalan puisi Thukul dengan menyanyi.

Dalam sambutan selanjutnya, Wahyu mengatakan, "Kini, sedikit demi sedikit, Wani dan Fajar tahu, bahwa ayahnya tidak bisa pulang karena memperjuangkan sebuah keyakinan. Kami mungkin kehilangan Thukul, tapi kami tak kehilangan semangat dan keyakinan yang diperjuangkan Thukul".
Acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi Wani. [win]

Kompas-rabu-18 des 2002

0 tanggapan: