Pilih Cerpen-Puisi Terbaik via SMS

SURABAYA - Fenomena pemilihan idola lewat SMS mulai masuk ranah sastra. Misalnya, yang digagas PT Kharisma Pena Kencana Jakarta melalui kompetisi cerpen dan puisi Indonesia 2008. Penetapan cerpen dan puisi terbaik Indonesia ditentukan oleh jumlah SMS terbanyak.


Fenomena itu menjadi kontroversi di kalangan sastrawan Nusantara. Namun, penyelenggara bergeming. Toh, mereka yang menggagas dan membiayai sayembara tersebut.

Setelah melalui penjurian yang dipimpin Prof Dr Budi Darma, terpilihlah nomine cerpen dan puisi terbaik, yang kemudian dibukukan dengan judul 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2008 dan 100 Puisi Indonesia Terbaik 2008. Karya-karya tersebut dipilih dari 12 koran nasional selama setahun penerbitan (2007). Nah, untuk menentukan cerpen dan puisi terbaik itulah, panitia menggunakan metode SMS.

"SMS itu dari pembaca kedua buku tersebut. Kalau belum membaca, mana bisa mendukung karya cerpen atau puisi yang dianggap paling baik," ujar Triyanto Triwikromo, direktur program Anugerah Pena Kencana, di sela-sela diskusi sastra, Sastra Milik Pembaca: Siapa Berhak Menentukan Kualitas Karya di TB Gramedia, Plaza Surabaya, kemarin (5/4).

Pembaca yang telah membaca kedua buku itu bisa memilih karya favoritnya. Polling SMS dibuka hingga 15 Agustus. "Ketentuannya ada di dalam buku itu," ujar cerpenis kondang asal Semarang tersebut.

Menurut dia, selama ini penghargaan terhadap pengarang masih dinilai kurang. Yang ada adalah penghargaan terhadap karya dalam satu buku utuh. "Belum ada yang dalam bentuk satu puisi atau cerpen," kata Triyanto sambil menyebutkan bahwa pemenang cerpen dan puisi terbaik versi Anugerah Pena Kencana bakal mendapatkan hadiah masing-masing Rp 50 juta.

Dia menyatakan, pembaca sudah saatnya menilai karya sastra. "Tidak hanya sebagai pembaca pasif," katanya.

Suatu karya sastra jika sudah di tangan pembaca adalah hak pembaca. "Anggap saja pengarangnya telah mati," kata Shoim Anwar, cerpenis Surabaya yang kemarin (5/4) menjadi pembicara bersama Budi Darma dan Sirikit Syah. "Dengan model ini, pengarang jadi makin semangat berkarya," tambah Shoim.

Dari cerpen-puisi yang terpilih itu, pembaca berhak menentukan siapa yang terbaik. "Saatnya sastra menjadi milik pembaca," kata Shoim.

Menurut Budi Darma, adanya penghargaan itu merupakan salah satu upaya untuk menggali kreativitas. "Keduanya, penulis dan pembaca," ujarnya. Dia juga berpendapat bahwa secara umum karya para pengarang yang terpilih adalah yang terbaik. "Ada sesuatu yang baru, tidak klise," tegasnya. (dee/ari)

Jawa Pos [Minggu, 06 Apr 2008]

0 tanggapan: