JOGJA - Kritikan mantan aktivis demonstrasi era 1966-an yang saat ini menjabat ketua umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Adi Sasono bahwa mahasiswa jangan hanya jago demo, mendapat tanggapan dari berbagai aktivis di Jogjakarta. Demonstrasi atau unjuk rasa dinilai masih cukup efektif untuk mendorong perubahan kebijakan pemerintah.
"Demonstrasi masih efektif sebagai kekuatan untuk menolak kebijakan yang tidak pro rakyat. Buktinya, setelah mahasiswa berunjukrasa soal kenaikan harga dengan memanfaatkan momen kedatangan Wapres Jusuf Kalla di Bantul, DPR kemarin menggunakan hak interpelasinya atas pemerintah terkait kenaikan harga kebutuhan pokok," ujar Presiden BEM UGM Budianto kemarin.
Jika bukan mahasiswa, lanjut Budianto, siapa lagi yang akan menyuarakan hati nurani rakyat. Sebab salah satu tanggung jawab mahasiswa adalah membela serta memperjuangkan nasib masyarakat. "Salah satu tugas mahasiswa adalah mengawal kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Kalau mahasiswa dilarang demo, lantas siapa lagi yang akan meneriakkan kegelisahan rakyat."
Menurutnya, jika ada pihak yang tidak suka mahasiswa berdemo, itu hal biasa. Namun di sisi lain jika mahasiswa mengejek pemerintah, itu juga hal yang wajar. "Apa yang dilakukan mahasiswa dengan turun ke jalan lebih sebagai dorongan moral kepada pemerintahnya. Isu yang diteriakkan mahasiswa adalah kenyataan di lapangan. Bukan isu yan dibuat-buat," tandasnya.
Sementara itu menurut Presiden BEM Rema UNY Sigit, unit kegiatan mahasiswa merupakan laboratorium politik sebelum mahasiswa terjun ke masyarakat. "Kami menjadikan gerakan mahasiswa sebagai laboratorium sebelum mahasiswa benar-benar terjun ke lingkungannya. Tugas mahasiswa adalah menyuarakan ketidakadilan dan penidasan kepada rakyat," tegas Sigit.
Mahasiswa harus tanggap dengan kondisi lingkungannya. Dikatakan Sigit, ke depan Indonesia tidak lagi membutuhkan politisi atau ekonom. "Yang dibutuhkan Indonesia adalah seorang negarawan. Untuk menjadi negarawan sejati, dibutuhkan latihan."
Unjuk rasa mahasiswa merupakan suatu bentuk aktualisasi diri. Menurut pandangan Direktur Kemahasiswaan UGM Drs Haryanto Msi, demonstrasi termasuk kemampuan soft skill bagi mahasiswa, selain kemampuan akademis. "Mahasiswa kan butuh beraktualisasi diri. Bisa di unit kegiatan mahasiswa, pecinta alam, atau pun demonstrasi," ujar Haryanto.
Namun Haryanto mensyaratkan unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa tidak boleh keluar dari koridor akademik. "Boleh unjuk rasa, asalkan tidak dimasuki oleh unsur-unsur gelap. Misalnya provokator. Jadi, sah sajalah demo," ujar dosen fakultas psikologi ini. (lai)
Radar Jogja, Sabtu, 12 Apr 2008
One Billion Raising
-
Minggu, 17 Februari 2019
Setiap 14 Februari banyak muda-mudi merayakan Valentine di penjuru dunia.
Di hari yang sama pula segenap elemen masyarakat turun k...
0 tanggapan:
Posting Komentar