Sebulan, Ratusan Pasutri Cerai di Ponorogo

Tertinggi Selama Tiga Tahun Terakhir

PONOROGO - Harta berlimpah belum tentu menjamin keluarga bahagia. Sebaliknya, bertambahnya harta acap menjadi pemicu retaknya keharmonisan rumah tangga. Tak jarang, berujung perceraian. Fenomena seperti itu, kini ngetren di Ponorogo.


Dari bulan ke bulan, angka perceraian meningkat signifikan. Puncaknya bulan ini yang menembus angka 174 kasus. Jumlah pasangan suami istri (pasutri) yang mengajukan cerai diperkirakan masih akan terus bertambah hingga akhir bulan mendatang. ''Bulan ini yang paling tinggi selama tiga tahun terakhir,'' terang Misnan Maulana, humas Pengadilan Agama (PA) Ponorogo, kemarin (22/10).

Menurut dia, biasanya dalam satu bulan menangani pengajuan perceraian sekitar 80 hingga 100 kasus. Namun, usai lebaran kemarin, pengajuan perceraian meningkat drastis. Dikatakan, kondisi seperti ini seperti sudah jadi kebiasaan. ''Saat lebaran banyak TKI/TKW yang pulang. Selain membawa uang, waktu pulang digunakan mengurus perceraian,'' paparnya.

Masih menurut Misnan, dari sekitar 800 kasus perceraian yang ditangani paling banyak melibatkan pasutri (tenaga kerja Indonesia) TKI. Baik yang pria jadi TKI atau yang perempuan jadi tenaga kerja wanita (TKW) di luar. ''Ada beberapa faktor yang mereka ungkapkan saat sidang perceraian,'' ujarnya.

Di antaranya faktor ekonomi. Biasanya, perempuan yang jadi TKW setelah status ekonominya meningkat menjadi tidak cocok dengan suami yang di kampung. Begitu pula dengan TKI yang istrinya di rumah. Merasa tinggal di luar negeri, si suami sudah kerasan dan gandeng dengan perempuan lain. ''Tapi ada juga perceraian itu disebabkan perselingkuhan. Baik yang dilakukan kaum pria maupun pihak wanita,'' jelasnya.

Dijelaskan, pihaknya sudah berusaha maksimal mencegah perceraian itu. Caranya dengan mengusulkan rujuk dan menyelesaikan persoalan keluarga melalui persidangan. Namun, kebanyakan pasutri yang datang ke PN sudah bulat ingin cerai. Sehingga berbagai saran yang di usulkan pihak pengadilan tidak diikuti. ''Kami sudah berusaha maksimal, tapi apa boleh buat kalau memang keinginan mereka seperti itu,'' pungkasnya.(dhy/sad)

Radar Madiun, Jum'at, 23 Oktober 2009

0 tanggapan: