10 Seniman Jatim Raih Penghargaan

SURABAYA - Sepuluh seniman Jawa Timur mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jatim karena dedikasi dan prestasinya. Penghargaan itu diserahkan pada puncak peringatan HUT Provinsi Jawa Timur yang digelar di Jl Pahlawan, depan kantor gubernur, Jumat (16/10) malam.

Ke-10 seniman itu adalah Saiful Hajar (seni rupa, Surabaya), Bambang SP (seni musik, Surabaya), Koeboe Sarawan (seni rupa, Malang), Chatam AR (seni tari, Malang), S.Yoga (sastra, Surabaya), Ndindy Indijati (teater, Surabaya), Sirikit Syah (sastra, Surabaya), A.Tasman (seni tradisi, Surakarta), Peno Priyono (seni tari, Probolinggo), dan Yuwono (alm) (penggerak seni, Malang). Selain penghargaan, masing-masing dari mereka juga mendapatkan uang tali asih sebesar Rp 10 juta.

Pada kesempatan itu, gubernur juga memberikan asuransi jaminan kesehatan yang diserahkan secara simbolik kepada 5 seniman, yakni Temu (tari, Banyuwangi), Ratna Indraswari Ibrahim (sastra, Malang), Hardjono W.S. (teater, Mojokerto), Bambang Gentolet (lawak, Surabaya), dan Zakiya (ludruk, Surabaya).

Puncak peringatan HUT Jatim itu dimeriahkan dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk. Malam itu, dalang kondang Ki Anom Suroto membawakan lakon Sesaji Raja Surya.

Penilaian atas seniman yang akan mendapatkan penghargaan itu telah dilakukan Tim Penghargaan Seniman Jawa Timur yang diketuai Aribowo sejak Agustus lalu. Pada awalnya ada 18 nama yang dinominasikan untuk kemudian diseleksi oleh tim juri. ”Di tengah proses seleksi itu, kami masih diperbolehkan untuk mengajukan nama-nama baru,” kata Harwi Mardiyanto, juri dari bidang seni teater.

Bagus Purnomo, penanggung jawab tim, menambahkan setidaknya ada 3 latar belakang penilaian terhadap para seniman itu. Karya monumental, kepeloporan terhadap perkembangan seni dan budaya, serta pengabdian di bidang pendidikan kesenian sehingga mampu mencetak seniman-seniman berkualitas, merupakan kriteria utama dari tim untuk merekomendasikan nama-nama pada juri masing-masing bidang.

Mengenai peraih yang didominasi oleh seniman dari Surabaya dan Malang, menurut Fauzi, Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur, hanyalah sebuah kebetulan saja.

Sepanjang pengetahuannya sebagai ketua DKJT, bagi seniman, lokasi dan domisili bukanlah pengaruh terhadap kualitas seniman itu sendiri. Dicontohkan A. Tasman. Seniman tradisi ini berasal dari Surakarta, tetapi sumbangsihnya begitu besar terhadap perkembangan seni tradisi di Jawa Timur. Inilah yang membuat namanya diajukan pada tim. ”Jadi, lokasi dan domisili tidak bisa dijadikan ukuran. Jangan terkotak dengan lokasi,” ujarnya. [rif]

Surabaya Post Sabtu, 17 Oktober 2009 | 12:09 WIB

0 tanggapan: