PROSES RUMIT PENULISAN NOVEL ‘XIE XIE’



Kalau bicara soal 'Proses Kepenulisan' jujur saja, saya sedikit minder, tapi bagaimanapun ini harus saya ungkapkan. Tiga tahun, sebagai penulis yang baru saja belajar menulis dan pekerjaan saya yang ‘rendah’ di mata awam, yaitu hanya sebagai seorang TKW di Hongkong yang tidak pernah mengenyam bangku kuliah, mewujudkan tulisan ini menjadi novel merupakan hal yang dulu menurut saya tidak mungkin.

Ketika saya mulai belajar menulis sejak 2006 dengan masuk di komunitas sastra FLP wilayah Hongkong dan banyak membaca novel-novel remaja karya penulis senior Leyla Imtichanah, akhirnya perlahan saya mencoba mengukir mimpi menjadi novelis. Awalnya sepele, saya nge-Fans dengan boyband Taiwan bernama Fahrenheit. Entahlah apa yang membuat saya begitu 'mencintai' salah satu personil Fahrenheit Aaron Yan yang akhirnya saya tempatkan sebagai salah satu tokoh utama dalam novel ini.

Ketika melihatnya bicara, tersenyum terasa greget saya semakin kuat untuk bisa dekat melalui halusinasi saya- kata teman-teman saya seperti orang gila. Lalu tercipta sebuah ide sederhana, kemudian saya mulai ‘riset’ tempat-tempat yang saya jadikan setting nyata dengan jalan-jalan, mulai belajar bahasa Kantonis lebih dalam, Mandarin, sedikit Jepang dan Korea untuk memberikan warna dalam novel ini.

Ternyata menulis bukan hal sederhana, saya harus membagi waktu. Sedangkan jam kerja saya bisa dibilang selalu overtime. Dari bangun pagi jam 05.00 sudah mulai mengurus anak-anak majikan dan seorang manula. Seluruh pekerjaan rumah tanpa kecuali harus selalu selesai sempurna sampai jam 12.00 malam bahkan kadang lebih. Saya baru bisa masuk kamar setelah semua anggota keluarga tidur, baru saya mandi dan istirahat. Artinya jam terbang menulis sekitar jam 1 sampai jam 2 atau lebih dini hari.

Awalnya saya sempat pesimis, ini tidak mungkin bisa saya lakukan. Tapi saya akali dengan waktu kerja (menjemput anak dadi sekolah, membawa nenek jalan-jalan, di kereta api, di dapur saat masak) saya membawa note kecil untuk menulis bagian-bagian ceritanya, ketika ide muncul, saya segera corat-coret. Malamnya baru saya tuangkan ke dalam laptop (itu saja terkadang sembunyi-sembunyi). Selama dua tahun berhasil menulis sekitar 125 halaman saja.

Lalu saya ikutkan novel saya diajang sayembara novel nasional yang diadakan Penerbit Pro-u Media Jogjakarta. Dari 120 lebih peserta, alhamdulillah bisa masuk 30 besar walau akhirnya kalah sama penulis senior. Tapi bagi saya itu sudah jauh lebih baik. Akhirnya saya mulai optimis. Novel dikembalikan oleh panitia dan beberapa revisi disana-sini saya lakukan. Halaman bertambah menjadi 165 halaman.

Sempat saya sebar ke teman-teman yang bersedia membaca ‘draft’ novel saya secara gratis untuk mendapatkan sedikit apresiasi lokal seantero teman dekat. Lalu vacuum, saya hentikan dulu karena banyak hal mengenai kesehatan saya sangat mengganggu.


MULAI LAGI
Setelah Desember 2009 saya sampai di Indonesia, saya mulai aktif lagi menulis, sekitar bulan Maret saya iseng mengirimkan naskah saya ke penerbit Diva Press yang saya tahu dekat dengan rumah saya di Jogjakarta dari membaca buku-buku terbitan Diva Press.

Tidak banyak berharap, karena Diva adalah salah satu penerbit Major yang besar di kalangan nasional, seperti ketiban durian rasanya hahaha... akhirnya bulan Juni 2010 pihak Diva mengabari bahwa novel saya diterima. Saya sujud syukur sambil menangis dan hujan-hujan di halaman rumah.

Akhirnya beberapa revisi saya lakukan, penambahan halaman dengan menambah konflik, setting saya pertajam juga penambahan tokoh atas permintaan penerbit. Dan menunggu selama 1,5 tahun lamanya, baru bulan Oktober 2011 ini novel perdana saya release.

Sungguh hal yang sulit saya percaya mengingat pendidikan saya yang hanya sebatas lulusan SMK dan tidak tahu sastra, tapi dengan perjuangan yang begitu berat dan tidak pernah menyerah alhamdulillah novel ini menjadi buku dan bisa dibaca semua orang. Jadi bagi siapapun saya tekankan, kita semua bisa menulis, asalkan ada niat, usaha dan doa yang tiada henti. Semangat!! [Mell Shaliha]

0 tanggapan: