Muchus Budi R. - detikNews
Solo - Setelah runtuhnya Orde Baru, banyak produk seni dan sastra karya anak bangsa yang semula dilarang, kembali mendapatkan kebebasan. Karya seniman-seniman Lekra dicetak atau diproduksi ulang untuk dipasarkan. Tapi di Solo, masih ada yang melarang Lagu Genjer-genjer diperdengarkan.
Lagu tersebut sebenarnya telah ditayangkan secara gamblang dalam Film Gie yang dirilis beberapa waktu lalu. Lembaga Sensor Film sebagai institusi yang berwenang melarang menayangan sebuah produk film juga tidak mempersoalkannya.
Tapi hari ini di Solo justru ada sebuah kelompok yang mendatangi sebuah stasiun radio yang memutar soundtrack Film Gie tersebut untuk keperluan ilustrasi sebuah kuis. Lagu tersebut, Genjer-genjer, disebut sebagai lagu terlarang karena milik PKI.
Benarkah Genjer-genjer milik PKI? Lagu dengan irama dan dialek syair khas Banyuwangi tersebut, tercatat sebagai salah satu lagu yang hits di pada dekade 1960-an, bersamaan dengan memanasnya situasi politik akibat perseteruan elit politik dan militer pada masa itu.
"Tapi lagu tersebut murni lagu rakyat, tidak ada sangkut-pautnya dengan situasi politik atapun menyiratkan idelogi politik tertentu yang bisa dinilai mendukung partai tertentu pada saat itu. Genjer-genjer itu rakyat yang menjadi korban politik," ujar Sodiqin, seniman asal Banyuwangi, kepada detikcom, Senin (14/9/2009).
Sodiqin atau yang akrab disapa Cak Diqin adalah penari, penyanyi dan juga pencipta lagu-lagu campursari yang cukup ternama. Dia lahir dan besar di kota asalnya, Banyuwangi, sebelum kemudian pindah dan menetap di Solo.
Dia menuturkan, pada tahun-tahun 1960-an, Genjer-genjer memang populer. Semua kalangan menyanyikan dan mempopulerkannya, termasuk parpol-parpol untuk menggalang massa agar tetap berkumpul. Salah satu parpol besar saat itu adalah PKI.
Cak Diqin mengaku memang pernah mendengar bahwa pencipta lagu tersebut disebut-sebut sebagai anggota Lekra, organisasi seniman yang simpatik kepada PKI. Namun demikian, lanjutnya, bukan alasan yang kuat bagi siapapun pada saat ini untuk melarang pemutaran lagu Genjer-genjer.
"Saya tidak cukup yakin kalau pencipta Genjer-genjer adalah anggota Lekra. Banyak karya seniman-seniman Lekra yang dulu dilarang, sekarang sudah beredar bebas. Lagipula isi lagu Genjer-genjer sama sekali tidak politis. Kita harus berpikir jernih tentang penghargaan hak intelektual, dalam hal ini karya seni," paparnya.
(mbr/djo)
detikcom
One Billion Raising
-
Minggu, 17 Februari 2019
Setiap 14 Februari banyak muda-mudi merayakan Valentine di penjuru dunia.
Di hari yang sama pula segenap elemen masyarakat turun k...
0 tanggapan:
Posting Komentar