Tanpa Legalisasi KBRI Singapura, Hasil Otopsi David Tidak Sah

JAKARTA - Keabsahan hasil otopsi mahasiswa Nanyang Technology University (NTU) David Hartanto Widjaja yang diterima pihak keluarga dipertanyakan. Ahli forensik FK UI Mun'im Idris menilai, hasil otopsi mahasiswa Indonesia yang meninggal di Singapura itu tidak sah. Ini karena hasil otopsi yang diterima keluarga David merupakan salinan dan tidak mencantumkan legalisasi KBRI Singapura.

''Menurut dia (ahli forensik FK UI), seharusnya hasil otopsi distempel atau dilegalisasi lebih dulu oleh KBRI Singapura,'' ujar kakak David, William Widjaja, di Jakarta kemarin (7/4). Menurut tim forensik UI, lanjut William, seharusnya kepolisian Singapura menyerahkan hasil otopsi tersebut kepada KBRI sebagai penanggung jawab WNI ketika berada di luar negeri.

Namun, yang dilakukan justru polisi setempat tidak melibatkan KBRI dan langsung mengirimkannya kepada NTU. ''Bahkan, yang mem-forward hasil otopsi itu ke pihak keluarga adalah pihak NTU. Jadi, di sini pihak Singapura sudah menyalahi aturan yang berlaku,'' ujarnya. Menurut William, hal tersebut semakin memperkuat dugaan konspirasi dan pengaturan di balik kasus dan hasil otopsi David.

Hasil otopsi David diterima keluarga dari pihak NTU pada Jumat (3/4) lalu. David tewas terjatuh dari gedung fakultasnya pada 2 Maret lalu. Kasus kematian David kini ditangani kepolisian Singapura. Selain mengantongi hasil otopsi mayat David, polisi Singapura mendapatkan bukti-bukti dari telepon genggam dan komputer jinjing milik mahasiswa tingkat akhir NTU itu yang diduga menyimpan hasil penelitiannya.

Keluarga membantah pemberitaan media Singapura yang mengatakan David tewas bunuh diri setelah menusuk profesornya, Chan Kap Luk. Diberitakan pula penyebab David bunuh diri karena frustasi beasiswanya diputus. Kematian David semakin misterius karena disusul kematian dua staf peneliti asal Tiongkok, Zhou Zheng, 24, dan Hu Kunlun. Ketiganya berasal dari universitas yang sama. Keluarga mengaku tak yakin pemerintah Singapura bisa jujur mengusut kasus tersebut.

Kejanggalan paling mencolok tampak pada kesaksian rekan David dalam harian The Strait Times yang diedarkan secara kolektif di internet. Di antaranya, soal ditemukannya luka di leher jenazah dan fakta bahwa sebelum kematian, David masih membawa perlengkapan seperti handuk dan botol minuman. (zul/oki)

Jawa Pos
[Rabu, 08 April 2009]

0 tanggapan: