Seminar Budaya Jatim Digelar di Malang

Surabaya - Balai Bahasa Surabaya (yang dalam waktu dekat akan berganti nama: Balai BAhasa JAwa Timur, bon) akan menggelar seminar mengenai keragaman sosial budaya Jawa Timur untuk penutur asing dengan harapan semua kekayaan sosial budaya Jawa Timur dapat lebih dikenal di kalangan masyarakat internasional.


”Seminar ini akan digelar di Malang, 18 Juni 2008 dengan tujuan untuk menggali nilai-nilai sosial budaya Jawa Timur, mengangkat dan memberdayakan budaya Jawa Timur serta memajukan pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) melalui kemajemukan sosial budaya lokal, “ kata salah seorang panitia seminar, Dalwiningsih di Surabaya, Selasa (29/04/2008).

Akan tampil sebagai pembicara dalam seminar itu adalah, Prof Dr Ayu Sutarto, MA (Unej) dengan tema, Pemanfaatan Keberagaman Bahasa, Sosial, Budaya, dan Agama di Jawa Timur sebagai Bahan Ajar BIPA, Dr Widodo HS (Universitas Negeri Malang) dengan tema, Kesantunan Berbahasa dan Etika Komunikasi dalam Lintas Budaya.

Pembicara lain adalah, Dr Arif Budi W (UMM) dengan tema, Langkah dan Strategi Pemanfaatan Potensi Lokal sebagai Bahan Ajar BIPA, Prof Dr Abbas A Baadib (Unesa) dengan tema, Peran Perusahaan Asing di Jawa Timur dalam Peningkatan Program BIPA dan Konsulat Jenderal Tiongkok di Surabaya dengan tema, Pandangan Orang Asing terhadap Budaya Jawa Timur.

Ia mengemukakan bahwa di tengah arus globalisasi, unsur budaya dan nilai-nilai lokal menjadi semakin penting peranannya karena banyak negara yang tidak ingin kehilangan jati diri dan identitasnya sebagai sebuah bangsa, tidak terkecuali bangsa Indonesia, khususnya Jawa Timur.

Nilai budaya asing yang masuk ke Indonesia akibat tekanan global telah menimbulkan kesadaran di berbagai daerah untuk kembali menghargai budaya-budaya dan nilai-nilai asli daerahnya yang dianggap lebih sesuai.

”Salah satu provinsi yang sangat kaya dengan seni budaya adalah Jawa Timur. Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi sepuluh daerah kebudayaan, yaitu Mataraman, Samin, Pesisiran, Suroboyoan, Madura, Bawean, Kangean, Pendhalungan, Tengger, dan Using. Sepuluh peta daerah kebudayaan tersebut disokong oleh dua etnis besar, yaitu Jawa dan Madura serta perpaduan keduanya, “ katanya. (ant/red)


Surabaya, Selasa, 29/04/2008, 13:02 wib, redaksi-jawakini

0 tanggapan: