Catatan yang Tercecer dari Penyerahan Hadiah LCC-BI 2007

Secangkir Kopi Sastra di Ruang BCA Causeway Bay


''Secangkir kopi''
Sebait kalimat yang dikutip dari puisi 20 Juta untuk Sebuah Patung karya Tania Roos, adalah salah satu puisi yang mengisi acara pengumuman sekaligus penyerahan hadiah pemenang Lomba Cipta Cerpen (LCC) yang diselenggarakan oleh Koran Berita Indonesia.



BCA Causeway Bay yang biasanya hanya dikunjungi oleh BMI yang mau kirim uang atau menabung pagi itu (18 November 2007) mendadak ingar. Sekitar 60 penggemar sekaligus yang penggelut sastra hadir menyemarakkan acara penyerahan hadiah LCC.

LCC ini adalah untuk kedua bagi BI, karena sebelumnya pernah diadakan lomba karya tulis cerpen tahun 2003 dalam rangka memeringati HUT RI ke-58, Berita Indonesia bekerjasama dengan KJRI.

Sayangnya, sejak lomba karya tulis itu pihak penyelenggara terutama KJRI tidak lagi mengadakan lomba karya tulis yang sebenarnya sangat ditunggu-tunggu dan diminati oleh para BMI.

Mengapa LCC ada laghi tahun ini? Tania Roos selaku Ketua Panitia yang dipercaya oleh BI, dengan bahasa polosnya meyampaikan begini, ’’Saya yang mengudrek-udrek Pak Sam Jauhari supaya diadakan lagi lomba karya tulis cerpen.’’

Pak Sam Jauhari yang sudah tak asing lagi di mata BMI-HK, akhirnya menyetujui untuk diadakan lagi lomba cipta cerpen itu. Yang tahun ini diberi nama LCC Bulan Bahasa 2007. Menurut penuturan salah seorang panitia, Etik Juwita, kurang lebih 40 peserta telah ikut perpartisipasi mengikuti LCC yang penjuriannya dipercayakan oleh pihak BI kepada Sastrawan-sastrawan Jatim: Beni Setia, Bonari Nabonenar, dan Arief Santosa.

Sebelum pengumuman pemenang , para juri sempat membuat para peserta bertanya dan deg-degan, karena 15 Cerpen yang masuk nominasi diumumkan di Intermezo bulan Oktober 2007.

Dari sana bisa dikira-kira siapa yang akan menjadi pemenang. Pertanyaan para peserta akhirnya terjawab pada minggu 18 November 2007. Juara I Swastika Mahartika, Juara II Farida Supriyanti dan Juara III Tarini Sorrita. Dan 3 peserta lagi menduduki juara harapan satu sampai harapan tiga sedangkan yang lainnya mendapatkan penghargaan sebagai 15 besar.

Dan suatu kabar baik dari ketua panitia, bahwasannya 15 cerpen terbaik akan dibukukan. Sebenarnya bagi para peserta, hadiah bukanlah tujuan utama mereka, yang penting mereka bisa menyosialisasikan tulisan mereka kepada publik.

Dalam acara pengumuman serta penyerahan hadiah pemenang LCC dalam rangka Bulan Bahasa 2007, sekaligus temu muka para penulis di kalangan BMI, sebelumnya acara diisi dengan berbagai selingan pementasan karya seni oleh teman-teman dari Sekar Bumi, Nongkrong Bareng Fans, dan Forum Lingkar Pena Cabang Hong Kong.

Pementasan karya seni berupa puisi dan cerpen bagi Sekar Bumi sendiri adalah yang pertama kali karena Sekar Bumi adalah organisasi baru di Hong Kong khususnya di kalangan BMI-HK. Sekar Bumi adalah salah satu wadah baru untuk menyalurkan bakat-bakat BMI yang terpendam sama seperti organisasi lainnya yang sama misinya tentunya.

Selain puisi dan cerpen, teaterpun sempat mengisi selingan yang dipentaskan oleh kelompok FLP HK. Bahkan kita patut bangga karena teman kita pun ada yang sanggup menciptakan puisi berbahasa Jawa.

Walau baru pertama kali penampilannya membacakan puisi, Anggi alias Camat Sekar Bumi yang biasanya mementaskan tarian, dia sudah terbilang cukup baik dan menghayati puisi yang dibacakannya. Siang itu ada 4 buah puisi dan 2 cerpen yang mengisi acara selingan, di antaranya cerpen Hati yang Kapalan milik Etik Juwita yang dibacakan oleh Etik Juwita, cerpen Togog Jadi Ratu milik Tania Roos yang dibacakan oleh Anan Sekar Bumi.

Sedangkan 4 puisi yang ditampilkan adalah Pesan Arwah Seorang Babu karya Anan dibacakan oleh Ruba'iyah, 20 Juta untuk Sebuah Patung karya Tania Roos dibacakan oleh Hesti NBF, Srikandi karya Anggi Sarpani Sapon Sekar bumi dibacakan oleh Anggi sendiri, dan Aku mau Peduli karya Tarini Sorrita Sekar Bumi dibacakan oleh Tarini Sorrita, Dwijayanti, Dwi Sapon, dan Eni Fatmawati.

Acara pun diisi dengan bincang-bincang antar peserta lomba dan moderator, yang kebetulan siang itu dimoderatori oleh Afandi, Nugroho KJRI, Etik Juwita selaku panitia merangkap cerpenis dan Tania Roos selaku Ketua Panitia yang juga cerpenis.

Obrolan dibilang cukup seru seputar sastra dan solusi di masa akan datang bagi para BMI yang gemar menulis. Dari obrolan ringan itu terlihat jekas antusias teman-teman penulis untuk bisa tetap menulis dan kalau bisa KJRI pun dapat menyelenggarakan acara seperti LCC dan menyediakan tempat untuk BMI yang berbakat dan gemar tulis-menulis.

Ini disetujui oleh Pak Nugroho alias Nugi, namun dengan jujur dia bilang belum bisa menjanjikan. Semoga dengan adanya LCC ini KJRI pun membuka mata dan telinga untuk BMI yang gemar menggeluti sastra.

Kalau bisa KJRI pun bisa mengadakan workshop kepenulisan dan mendatangkan para sastrawan alias narasumber dari Indonesia ke Hongkong, seperti yang pernah dilakukan oleh Ida Permatasari pendiri Cafe' de Kosta dan Berita Indonesia bekerjasama dengan Garuda Indonesia 2005 lalu.

Maka, lomba menulis, workshop, atau kegiatan meningkatkan serta mengasah wawasan para BMI-HK pada dasarnya seperti halnya secangkir kopi. Ia bikin hangat, nambah semangat, lebih-lebih di pagi hari sebelum kerja yang sesungguhnya mesti dimulai. [Dwita Sekarbumi]

Sumber: Tabloid Intermezo edisi Januari 2008

0 tanggapan: