Teater 'Sang Bala' SDn Candi Tunggal, Kalitengah Juara Internasional

IMRON ROSIDI-Lamongan

Aktivitas kesenian Lamongan kembali mempersembahkan nama harum. Kali ini dari dunia teater. Sang Bala, kelompok teater SDN Desa Canditunggal, Kecamatan Kalitengah belum lama ini dinobatkan sebagai juara internasional.



Enam bocah lugu dan polos. Mereka adalah Mega Melati, Fauzan, Kiki Hadilia, Ema, Yunita Dewi Saras Aini dan Tri Mulyaning. Semuanya merupakan siswa sebuah SD terpencil di Kecamatan Kalitengah. Yaitu SDN Desa Candi Tunggal. Sebuah SD yang kondisi bangunannya sudah sangat tidak layak huni. Terlebih ketika musim hujan tiba, tidak jarang murid diungsikan karena terpaan angin dan air hujan selalu masuk kelas.

Tapi, kondisi seperti itu tidak menyurutkan semangat ke enam siswa tersebut untuk berlatih teater yang diajarkan guru seni dan budaya nya, Rodli. Setiap saat diminta hadir untuk latihan, mereka pasti datang. Mereka juga sangat nurut. Hafalan naskah dan gerakan olah tubuh yang diajarkannya, semuanya dilahap mentah-mentah. ''Mungkin karena masih anak-anak, daya ingatnya masih tajam,'' tutur Rodli kemarin (27/6).

Aktifitas latihan itu rutin dilakukan dua kali dalam seminggu, bahkan terkadang lebih hingga perlu waktu malam hari. Hal itu dilakukan sejak Rodli mendaftarkan sebagai peserta festival seni internasional, yang pengumumannya dibaca dari papan pengumuman di Sekretariat Dewan Kesenian Lamongan (DKL) 27 Juni lalu.

''Pendaftaran awal kita hanya mengirim konsep tertulis dan CD rekaman pementasan. Adapun lakonnya berjudul Pas Game,'' imbuh Rodli, yang masih berstatus guru tidak tetap (GTT) ini.

Ternyata, muncul pengumuman yang menyatakan Teater Sang Bala lolo dalam seleksi nasional predikat teater terbaik tingkat SD secara nasional. Karena predikat terbaik itu akhirnya Teater Sang Bala berhak mewakili Indonesia untuk mengikuti festival seni internasional yang digelar di Jogjakarta.

Saat festival diselenggarakan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Seni dan Budaya (PPPPTP) Seni dan Budaya Indonesia itu digelar di Jogjakarta, pesertanya ada dari tingkat SMP yang diwakili SMP Kristen Minahasa dan tingkat SMA yang diwakili SMA Negeri I Padang. Sedang peserta dari luar negeri, di antaranya Amerika Serikat, Inggris, Mexico, Singapura, Jepang, Ghana dan Korea.

Ada kisah menarik saat Teater Sang Bala SDN Candi Tunggal ini dinyatakan lolos dan berhak mengikuti festival internasional. Cerita Rodli, ketika pengumuman lolos itu disampaikan ke sekolah, semua guru menangis sesenggukan dan saling berangkulan. Mereka merasa terharu karena teater yang lahir dari sekolah desa terpencil ternyata bisa tampil di ajang internasional. ''Karena itu pula akhirnya kepala sekolah dan semua guru bersepakat menyertai pentas anak-anak di Jogkarta,'' tuturnya.

Semua guru bahagia. Termasuk orang tua wali murid. Tapi, bagi Rodli pengumuman itu membuatnya bingung alang kepalang. Apa sebab? Ternyata dia bingung memikirkan biaya keberangkatan anak asuhnya. Sedang dia sendiri sama sekali tidak punya uang.

Rodli yang setiap kali mengajar teater selalu sidampingi istri setianya, Nur Laela, guru SDN Tunjung Mekar, Kecamatan Kalitengah itu tidak kurang akal. Dia mencoba mendatangi Dinas Pendidikan Lamongan barangkali mau membantu biaya. Tapi, apa yang didapat. Dia dipingpong. Dinas pendidikan mengatakan itu wewenang dinas kebudayaan dan pariwisata, sehingga dia disarankan meminta bantuan ke dinas baru di Lamongan tersebut.

''Ternyata di dinas pariwisata saya disuruh ke dinas pendidikan saja. Katanya dinas pendidikan yang berwenang. Daripada dipingpong tidak jelas, akhirnya saya berusaha sendiri. Terpaksa saya ngutang uang beras emak (ibu,Red). Tapi, waktu itu saya sempat dikasih uang pribadi Rp 100 ribu dari Pak Suwaji, kepala dinas kebudayaan dan pariwisata,'' uajarnya.

Sesampainya di Jogjakarta dan menjelang pentas, Rodli masih bingung. Beberapa anak asuhnya terlihat minder karena peserta banyak orang asing. Dia pun akhirnya mengakalinya dengan mengajak anak asuhnya foto bersama dengan sebagian peserta dari asing tersebut. ''Ternyata londo-londo itu baik hati juga. Akhirnya kami tidak takut,'' tutur Kiki, yang diamini teman-temannya.

Kerja keras Rodli itu ternyata membuahkan hasil. Usai pentas, ternyata teater Sang bala binaannya dinyatakan sebagai juara I internasional. Lakon Pas game, yang menampilkan cerita permainan anak-anak tradisional seperti pong-pong bolong, petak umpet dan uyek-uyek ranti akhirnya dinyatakan sebagai pementasan yang beberapa di antaranya mengisyaratkan tentang kejujuran serta mempertahankan budaya lokal. ''Alhamdulillah. Anak-anak juga sangat bangga karena bisa bersamalam dengan meneteri pendidikan nasional, yang saat itu juga titip salam kepada Pak Masfuk,'' ucap Rodli.(*)

sumber: radar bojonegoro

0 tanggapan: