Renovasi Balai Pemuda Habiskan Rp 10 Miliar

SURABAYA - Rencana Pemkot Surabaya menata kompleks Balai Pemuda (BP) menjadi sentra aktivitas kesenian makin pasti. Setelah mengambil alih Bioskop Mitra, pemkot merancang rehab untuk beberapa bangunan BP. Anggarannya Rp 10 miliar.


Menurut Kasi Program dan Perencanaan Bidang Permukiman Dinas Tata Kota (DTKP) Nurhadi, sesudah pengalihan pengelolaan gedung Mitra dari PT Wedu ke pemkot, DTKP memang akan merenovasi kawasan BP. "Saat ini rencana sedang kami matangkan," terangnya kemarin (6/5).

Nurhadi menjelaskan, penataan itu meliputi renovasi dan perluasan gedung sisi timur BP. Sebagai galeri seni, perluasan gedung bakal dilengkapi beberapa ruang seperti lobi dan ruang pamer, hall utama, ruang diskusi, ruang persiapan dan manajemen, serta toilet.

Pembangunan gedung teater mini di bekas Bioskop Mitra akan dilengkapi dengan beberapa ruang. Antara lain, teras kedatangan, lobi dan resepsionis, ruang VIP dan event organizer (EO), dan hall utama pergelaran.

Menurut Nurhadi, kawasan BP berpotensi besar untuk dikembangkan. Potensi itu meliputi bangunan peninggalan zaman kolonial yang bernilai sejarah, letak yang strategis (di daerah bisnis dan perdagangan), dan akses transportasi yang mudah. "BP sangat potensial menjadi objek kunjungan wisata budaya dan arsitektur," terangnya.

Kendati demikian, ada beberapa kendala pembangunan kawasan itu. Yakni, dana pengelolaan yang terbatas sebagai kawasan cagar budaya. Saat ini, keberadaan gedung BP juga dianggap belum mengakomodasi kehadiran pengunjung. Fungsi bangunan juga dianggap tidak jelas. Kadang digunakan untuk aktivitas kesenian, tapi tidak jarang dimanfaatkan untuk pameran perdagangan atau resepsi pernikahan.

Karena itu, kata Nurhadi, penataan kawasan BP bakal mempertimbangkan beberapa hal. Antara lain, harus tetap memperhatikan kualitas ruang terbuka di antara bangunan-bangunannya. Pembangunan juga harus melindungi dua bangunan yang memiliki nilai sejarah (lihat grafis). Selain itu, ketinggian bangunan baru yang akan direnovasi tidak melebihi ketinggian bangunan lama. "Secara arsitektural, bangunan rehab nanti harus mampu membentuk komposisi yang harmoni dalam kawasan," terangnya.

Kawasan BP juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan program pendukung. Misalnya, area parkir pengunjung. Ada beberapa alternatif solusi untuk parkir. Misalnya, pembangunan parkir bawah tanah. Namun, kata Nurhadi, biaya pembangunan parkir bawah tanah dianggap terlalu tinggi.

"Permukaan air tanah di Surabaya juga tinggi. Dikhawatirkan terjadi getaran pada bangunan-bangunan sekitar," jelas pria asli Sidoarjo itu.

Alternatif lain, menyediakan sarana parkir insidental pada sebagian sisi utara Jalan Gubernur Suryo. Yaitu, dengan memberi markah atau tanda khusus. Bisa juga "meminjam" tempat parkir hotel-hotel di sekitar BP atau di Taman Surya. Karena itu, harus juga harus ada jalan pedestrian yang nyaman. "Untuk masalah parkir, belum ada keputusan," tandasnya.

Akses keluar masuk BP, tutur Nurhadi, juga perlu diperhatikan secara khusus karena dapat berujung terhadap problem kemacetan lalu lintas. Bisa jadi, ketika ada acara-acara besar nanti disediakan angkutan khusus yang akan menjemput para pejalan kaki dari lokasi pemberhentian yang ditetapkan. Misalnya di Taman Surya, Taman Apsari, maupun Plaza Surabaya.

Selain itu, kata Nurhadi, supaya BP berkembang pesat, pemkot perlu menggandeng kalangan perhotelan dan biro wisata. Juga menjalin kerja sama dengan organisasi pemerhati seni dan budaya. "Termasuk membuat program mingguan, bulanan, dan tahunan untuk meramaikan BP," ujarnya. (kit/ari)


Jawa Pos, Rabu, 07 Mei 2008

0 tanggapan: