E-mail oh E-mail


Oleh: Anazkia

Ibu majikanku, sudah sepuh, umurnya sudah memasuki enam puluh tahun lebih. Jadi nggak heran, kalau faktor U kadang menghambat ruang gerak berpikir Ibu. Meskipun begitu, Ibu masihlah Ibu majikanku yang aktifnya luar biasahttp://www.blogger.com/img/blank.gif di luar sana. Karena keaktifannyalah, Ibu banyak bertemu dengan orang-orang generasi sekarang, yang melek akan dunia tekhnologi. Setiap ada pertemuan, ada perbincangan ketika bertukar kartu nama, sering relasinya bertanya, "Datin ada e-mail tak?"


Kadang, Ibu pulangnya sering mengadu denganku. Setelah itu, barulah Ibu memintaku mengajari menggunakan e-mail. Lantas, membuatlah aku acount e-mail untuk Ibu. Seingatku, e-mail Ibu pertama kali adalah, rusmiatiharun@yahoo.com. Saat membuat e-mail tersebut, ketika menuliskan password, Ibu memintaku untuk tidak melihatnya. Aku manut, nurut tanpa mengetahui apa password Ibu.

Selesai membuat e-mail, pelajaran pertama adalah mengajarkan Ibu, bagaimana caranya hendak mengoperasikan e-mail. Dari sejak membuka internet, mengklik browser, log in dan cara mengirim surat elektronik tersebut. Tak hanya lisan, aku juga menuliskannya dalam bentuk tulisan. Ibupun menyimpannya...

Saat kutanya, "Bu, kenapa nggak minta ajarin anak-anaknya aja?"

“Ibu lebih suka belajar dengan kamu.” Jawab Ibu

Hari berlalu, waktu berganti. Sesekali Ibu membuka e-mail-nya, juga kadang menggunakan fasilitas e-mail untuk mengirim artikel Ibu yang diminta oleh salah satu majalah religi di Malaysia. Tapi, Ibu masih belum mudheng-mudheng. Masih cenunukan sendiri, keder. Sampai suatu ketika, sewaktu membuka e-mail Ibu nanya password-nya kepadaku. Halah, wong sewaktu nulis password aku ndak lihat, yah mana aku tahu...??? Yang sampai akhirnya, password tidak ditemukan dan terbuang percuma e-mail tersebut...

Tapi Ibu pantang menyerah, beliau, lagi-lagi minta dibuatkan e-mail. Kali ini, aku memaksa biar aku tahu passwodnya. Kembali seperti semula, mengajari Ibu dari awal, membuka browser internet, log in dan bagaimana caranya mengirimkan surat elektronik kepada rekannya. Tak hanya e-mail, kita (aku, anaknya dan keponakannya) membuatkan Ibu blog. Sayangnya, kadang Ibu hangat-hangat tahi ayam, yang akhirnya terbengkalai begitu saja blognya.

Kembali ke e-mail. Aku membuatkan e-mail ke dua Ibu sudah lama, mungkin sekitar setahun lalu. Yang saat itu aku juga membuatkan akun facebook untuk Ibu. Yang lagi-lagi, terbengkalai dan tidak pernah digunakan oleh Ibu.

Sejak saya tinggal dengan anak Ibu, saya sudah tak lagi mengajari Ibu mengoperasikan internet dan tak lagi berurusan dnegan e-mail-e-mail Ibu. Entah apa kabarnya.

Suatu hari sewaktu aku sibuk-sibuk di dapur di rumah anaknya, Ibu menelpon. Entah ujung pangkalnya apa, tapi aku nyambungnya Ibu kirim e-mail ke aku. Selesai masak, aku masuk kamar, melihat hape, ada SMS dari Ibu, "Ibu ada imelkan? Cam ne ye?" Bingung... Buru-buru membuka lapi, ternyata nggak ada e-mail untuk aku dari Ibu.

Setelah makan siang, kami (aku, Kak Sham, Bang Haiyan, Arief beserta Nabila) menuju rumah Ibu. Sampai di rumah Ibu, aku langsung nanya,

"Ibu, e-mail apaan, sih?"

"E-mail Ibu, masih ingat lagi tak?"

Weks, aku nyengir sendiri. Ibu ini lho, dibuatin e-mail sejak tahun jebot kok yah ndak nyangkut-nyangkut. Kebetulan aku membawa laptop. Tapi, saat masuk ke kamar Nani anak bungsunya, dia lagi online. Aku menyuruhnya membuka yahoo, dan log in e-mail Ibu. Aku mengingat-ingat e-mail-nya. Pertama mencoba, salah. Tapi password-nya aku masih mengingat jelas. Percobaan yang ke dua, alhamdulilah berhasil. Kali ini, e-mail Ibu selamat hehehe...

Sorenya, saat aku sedang posting untuk blogspot, Ibu mencari-cariku. Menanyakan nasib e-mail-nya. Iseng, aku bertanya dengan Ibu.

"Ibu masih ingat tak, password-nya?"

"Mana Ibu tahu." Ibu mengedikan bahu. Aku ngekek... Kutulislah di atas buku, alamat e-mail, juga password-nya. Ibu tersenyum...

"Owh, ini ke?" Tanya ibu lagi sambil tersenyum.

Akhirnya, saat itu juga aku kembali mengajarkan Ibu, bagaimana cara membuka internet, menuliskan yahoo, log in juga mengantar e-mail... Tiba-tiba Bang Haiyan nyeletuk,

"Dari dulu belajar itu aje." *

Catatan:
--Dimuat di Majalah Peduli (Rubrik: “Aku dan Majikanku”) edisi Januari 2012

0 tanggapan: